
Sore Hujan, Kopi, dan Sebuah Game Lama
Hujan baru saja turun, perlahan menutup jalanan kecil di depan cafe langgananku. Dari balik kaca, aku melihat rintik-rintik air menetes di atas meja luar, menciptakan pola yang entah kenapa terasa menenangkan.
Aku duduk di pojok ruangan, menatap layar ponsel sambil menyeruput kopi hitam yang baru diseduh. Di playlist cafe, lagu akustik mengalun lembut — suasana yang sempurna untuk melamun.
Entah kenapa, tanpa niat apa pun, jariku membuka sebuah game lama. Game bertema dewa petir itu sudah lama tidak kumainkan. Katanya, simbol “scatter”-nya bisa jadi tanda keberuntungan kalau muncul tiga kali.
Aku tersenyum kecil. Aneh juga, kenapa aku malah ingat itu sekarang?
Putaran Pertama: Cuma Iseng
Aku mulai memainkan satu putaran, sekadar mengisi waktu. Layar ponsel berkedip lembut, simbol-simbol warna emas berputar.
Tiba-tiba — cling! — tiga simbol petir muncul sejajar. Scatter pertama. Aku tertawa kecil. “Ah, mungkin cuma kebetulan.”
Aku lanjut main, tanpa ekspektasi. Tapi di putaran berikutnya… muncul lagi. Tiga simbol yang sama.
Aku melirik ke luar jendela, hujan makin deras. Mungkin semesta juga lagi main bareng aku sore ini.
Putaran Kedua: Antara Kopi dan Keberuntungan
Barista datang mengantarkan pesanan tambahan — sepotong banana cake hangat. Ia menatap layar ponselku yang bersinar terang.
“Wah, kayaknya kamu lagi hoki, ya?” katanya sambil tersenyum.
Aku hanya membalas dengan anggukan dan tawa kecil. Rasanya lucu — seperti permainan sederhana ini tahu kapan harus memberi kejutan.
Scatter ketiga muncul di layar, kali ini dengan efek cahaya lebih besar, disertai suara petir dari speaker ponselku.
Antara aroma kopi, suara hujan, dan layar yang menyala terang — semuanya terasa sinkron. Seolah waktu berhenti sejenak, cuma untuk bilang, “nikmati aja momen ini.”
Refleksi di Tengah Hujan
Aku menutup game itu beberapa menit kemudian, bukan karena kalah atau menang, tapi karena sudah cukup merasa “beruntung” hari itu.
Bukan soal hadiah digital yang keluar di layar, tapi tentang suasana kecil yang terasa pas: hujan, kopi, dan sedikit keberuntungan yang datang diam-diam.
Aku menatap keluar jendela lagi. Di dunia yang serba cepat, kadang kita lupa menikmati hal-hal kecil — padahal di situlah hoki sering sembunyi.
Keberuntungan, ternyata, bukan cuma tentang angka atau hasil. Kadang dia datang dalam bentuk waktu yang pas, suasana yang tenang, dan perasaan ringan di dada.
Penutup: Hoki Itu Soal Waktu
Sore itu aku belajar satu hal sederhana:
Kadang, hoki datang bukan ketika kamu mencarinya, tapi ketika kamu cukup tenang untuk menerimanya.
Hujan akhirnya berhenti, meninggalkan aroma tanah basah dan suara langkah orang-orang yang mulai keluar dari cafe.
Aku menutup ponsel, tersenyum kecil, dan berpikir — mungkin besok aku akan kembali ke sini. Bukan untuk main, tapi untuk menikmati momen-momen kecil yang ternyata bisa seberharga ini. ☕🍀